Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2022

Polisi Bermasalah Rekannya Pun Ikut Susah

  KONTRASTIMES.COM | TULUNGAGUNG | Kepolisian Republik Indonesia biasa terframing humanis dan mengayomi masyarakat, kehadiran aparatur keamanan ini sering kali dibutuhkan di tengah-tengah perselisihan maupun tindak kejahatan. Bagaikan superhero dalam sinema kartun Jepang, profesi kepolisian tak sedikit yang meminatinya sampai-sampai dalam seleksi tiap tahunnya ribuan calon taruna mendaftar kan diri. Tetapi, selepas pendidikan akademi para Polisi ini tak lagi memegang prinsip-prinsip kepolisian,  di kehidupan langsung dengan masyarakat awam mereka sering mempertontonkan ketidak berpihak nya pada masyarakat, melainkan hukum bisa tuntas bila harga pas. Sebagaimana terjadi pada kasus kecelakaan di Jl. Pahlawan, Tulungagung beberapa waktu lalu yang melibatkan oknum anggota kepolisian di bawah Polres Tulungagung. Ketika pihak kami meminta klarifikasi kejelasan kejadian itu, ternyata dengan cepat Humas Polres mengatakan "kejadian itu sudah clear mas, sudah ada diselesaikan secara damai a

Dari 5 Juta PMII InshaAllah Sejahtera

Gambar
Penguasa dan Pemimpin itu berbeda, orang bisa berkuasa tetapi belum tentu bisa menjadi pemimpin, mungkin dia tidak bisa jadi penguasa tetapi omongannya didengar banyak orang dan mempengaruhi banyak orang itu baru namanya pemimpin (Gus Dur),  Maka sekarang pertanyaannya, kenapa dalam organisasi semegah PMII memiliki nalar seperti organisasi partai, dimana dalam melakukan kaderisasi kepemimpinan nya harus ada uang pelicin alias pendaftaran, apakah itu urgensi untuk pembiayaan Badan pekerja Konkoorcab maupun Badan pekerja kongres, lantas ketika kader itu berduit maka sudah pasti tebaran uang-uang ghoib ke ranah cabang juga akan mengalir mulus. Sedangkan bagi kader yang minim penghasilan dan ada hasrat melanjutkan estafet kepemimpinan namun harus lewat konsolidasi yg pasti penuh kepentingan politis. Lagi-lagi menguak fakta semakin tinggi tingkatan organisasi, semakin hilang Marwah murni organisasi itu sendiri, politik egosentris dan kepentingan segelintir kelompok harus menumbangkan kader-

Sampean, Yogane wes Piro ?

Gambar
  Kesempatan Halal BI halal merupakan momentum bertemunya kawan, sahabat, relasi bahkan tim sukses, semua undangan yang hadir menjabat tangan untuk saling bermaafan dan menanyakan kabar. Sebagaimana halal BI halal yang digelar oleh Sahabat Adib Makarim, M.H Wakil Ketua DPRD Tulungagung, dimana beliau turut menghadirkan relasi-relasi kepartaian, masyarakat sekitar, Kepala Desa Tunggulsari dan juga rekan-rekan seperjuangan. Pada segmen pementasan hiburan Musik Balasyik dari El-Nadha entertainment dengan iringan instrumen Padang pasir mampu memeriahkan suasana Halal BI Halal malam itu (Selasa, 10 Mei 2022), tak sedikit dari para hadirin yang terbius untuk berjoget ala-ala timur tengah. Disisi lain, seusainya Mbahkung perform dari atas Panggung ternyata mencuri perhatian salah satu tokoh Organisasi dari Kabupaten Blitar, beliau biasa dipanggil Mbah To, kebetulan beliau dulu pernah menjabat sebagai Ketua Cabang Gerakan Pemuda Anshor Kab. Blitar. Mbahkung langsung saja menghampiri lambaian t

Nastar Bupati

Gambar
Pendopo, 10 Mei 2022 Tujuh kursi, Tujuh meja Berjajar Rapi, menyambut tamu mulia Hidangan nastar bersanding kerupuk Silaturahmi terpancar, komunikasi nan sejuk Enam mahasiswa enam opini Menyapa pemimpin daerah hari ini Enam Opini melebur jadi satu  Agenda apa yang hendak  terrealisasi Nastar-nastar mulai terlahap satu demi satu Kotak-kotak teh Sosro tergerus waktu Cerahnya nuansa mempercepat pertemuan itu Sambutan positif jadi angpao yang layak disyukuri Mbahkung

Cara Memberi dan Meminta Maaf ala WKPP

Gambar
   Senin, 09/05/2022 Dalam menjawab pertanyaan perihal tanggungjawab permintaan maaf pemimpin kepada masyarakat, para narasumber Warung Kopi Plus-plus Radio Perkasa memiliki argumentasi tersendiri. Ki Wawan mengatakan: - Manusia dalam macapat ada fase maskumambang (Emas kok bisa mengapung) sedangkan maskumambang ada 3 fase: 1️⃣ fase tergoda oleh Harta 2️⃣ Perempuan 3️⃣ Tipu daya  - Jadi para politisi itu memang pada fase tipu daya. Sedangkan narasumber yang berpandangan pesantren memiliki tanggapan khas tersendiri, Gus Thoha mengutipkan dari kita kuning Madzahibul arba'ah, disitu menerangkan: ⏰ orang yg bersumpah dan tidak menepati sumpahnya, maka terkena kafarat (contohnya janji2 para politisi) ⏰ Tetapi dalam hadits ada yg menyebutkan barang siapa dua muslim yg salin bertemu dan bersalaman, maka dosa antara keduanya akan terlepas, - Jadi, dalam meminta maaf tidak hanya dengan pernyataan saja, tetapi harus saling bertemu. Selanjutnya perwakilan dari Gerakan Pemuda Anshor Tulungagun