Dari 5 Juta PMII InshaAllah Sejahtera



Penguasa dan Pemimpin itu berbeda, orang bisa berkuasa tetapi belum tentu bisa menjadi pemimpin, mungkin dia tidak bisa jadi penguasa tetapi omongannya didengar banyak orang dan mempengaruhi banyak orang itu baru namanya pemimpin (Gus Dur), 


Maka sekarang pertanyaannya, kenapa dalam organisasi semegah PMII memiliki nalar seperti organisasi partai, dimana dalam melakukan kaderisasi kepemimpinan nya harus ada uang pelicin alias pendaftaran, apakah itu urgensi untuk pembiayaan Badan pekerja Konkoorcab maupun Badan pekerja kongres, lantas ketika kader itu berduit maka sudah pasti tebaran uang-uang ghoib ke ranah cabang juga akan mengalir mulus.


Sedangkan bagi kader yang minim penghasilan dan ada hasrat melanjutkan estafet kepemimpinan namun harus lewat konsolidasi yg pasti penuh kepentingan politis.


Lagi-lagi menguak fakta semakin tinggi tingkatan organisasi, semakin hilang Marwah murni organisasi itu sendiri, politik egosentris dan kepentingan segelintir kelompok harus menumbangkan kader-kader murni berproses dalam PMII itu sendiri.


Tak heran, bila suatu massa korupsi di Indonesia akan sulit diberantas, karena nalar-nalar suap jual beli suara sudah ditanam lewat kader-kader demi memuluskan misi politik, bukankah NU sudah mengajarkan politik kebangsaan dan membela kaum mustadh'afiin, atau memang sahabat-sahabat PMII sekarang hanya mendengar dawuh Kyai tapi tak patuh ??


Yaa, mungkin argumentasi ini hanya kaleng-kaleng bekas, tak jelas dari mana sumber nya, namun lewat tulisan ini akan menjadi pegangan dalam berkonsultasi dan sharing dengan para pakar dan tokoh-tokoh PMII, agar bisa ternarasikan dengan berisi dan kader-kader di bawah teredukasi bahwa PMII itu suci yg menciderai adalah oknumnya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polisi Bermasalah Rekannya Pun Ikut Susah

Ksatria dan Pasukan Menyerang Kayangan Peri

Mensukseskan MUSPIMNAS PMII 2022 Lebih Utama, Dari Pada Sekedar Protes Buta Masalah Konsumsi