Kau ke bumi datarku, Ku sambut di bumi Kayangan mu




Pagi hendak memasuki siang di hari Ahad, 07 Mei 2023. Dimana saya dan emak bersiap untuk bersafari ke rumah calon keluarga baru, momentum Idul Fitri 1444H yang masih sakral ini menjadi penyemangat tersendiri untuk menguatkan jalinan silaturahmi antara keluarga ku dan keluarga dek Kuni.


Sebelumnya, Pada Hari Raya Idul Fitri H+4 yang lalu, dek Kuni, Bapak Juwit, Emak dan Mbahkung Paniran berbondong - bondong memasuki bilik ruang tamu rumah kami, kedatangan mereka disambut dg kompak oleh Aku, Bapak, Emak dan adek. Suasana diantara dua keluarga kami begitu cepat mencair, tidak lagi canggung maupun sungkan utk saling bertukar cerita dan kisah.



Namun, aku tidak bisa membersamai obrolan mereka dg penuh karena harus berperan sebagi figuran di dapur. Sembari mereka menikmati hidangan khas lebaran, aku di belakang featuring bulik mempersiapkan Rawon dan kopi untuk mengisi rongga perut tamu-tamu yg terhormat ini.


Setelah Rawon dan kopi tersantap dg seksama dalam tempo sesingkat-singkatnya, selang beberapa menit kemudian mereka pamit untuk melanjutkan safari Syawal ke tujuan yg lainnya.


Kemudian, 2 minggu setelah kunjungan Dek Kuni dan Family, baru aku dan Emak bertolak ke kahyangan untuk memenuhinya kerinduan Bapak Juwit dan emak, tentu tak terkecualikan menjumpai gadis Kahyangan bernama Jadilah Perempuan (Kunii).


Pukul 09. 30 kami berpamitan dengan bapak (Roekan), gas motor ku tarik dengan sedang. Perjalanan kami melalui jalur aspal nan mulus, lalu pas memasuki tanjakan arah Desa Kedoyo melewati jalanan nan berbatu dan bersemen dg sedikit sisa aspal yg sesekali nampak memuluskan laju ban motor.



90 menit perjalanan kami, akhirnya telah sampailah di tempat nan bahagia. Disambut dg 10 pasang tangan dari keluarga Dek Kuni, kami merasa bahagia dan langsung nyetel dg topik pembuka pembicaraan.


Beberapa menit berlalu pancaran senyum dan tawa menyelingi indahnya keakraban diantara kami. Disela-sela keakraban kami ada satu topik yang menarik yaitu perihal penentuan waktu pernikahan kami. 


Bapak Juwit menyampaikan maaf atas kelupaan beliau, namun beliau berusaha akan segera mengkonfirmasi ulang ke Mbah Dalang, diskusi diantara beliau2 masih cukup sulit karena perbedaan hari dan beberapa alasan yg mengikuti. 


Setelah aku dan emak menuntaskan sayur bobor berduet dg bakwan jagung disertai manisnya sambal tomat, aku dan emak beranjak menuju ke Rumah Mbah kidul, disana kami menunaikan sholat dzuhur sekaligus bersilaturahmi dg beberapa saudara dr pihak bapak Juwit. 


Penutup safari Syawal di Kayangan bertempat di Rumah Mbah Paniran alias Mbah Lor yang notabene Bapak dari emak. Kedatangan kami langsung disambut saudara2 sekitar baik dari bu lik, budhe, kakak sampai cucu. 


Emak dan aku tak terasa sudah 3 jam singgah di Kayangan, suasana harmonis nan asri khas penduduk pegunungan begitu sangat kami rasakan. Namun, waktu belum berpihak untuk memperpangjang perjumpaan diantara kami, maka iringan doa dan restu yg dipanjatkan sesepuh semoga menjadi obat ampuh untuk bisa bertemu dikemudian hari. Aamiin

Komentar

  1. Sejak bertemu denganmu, aku kehilangan kata-kata. Ya, aku seringkali kelu mengungkapkan peristiwa demi peristiwa yang sudah terjadi. Memilih menahan temu, sama saja dengan menabung rindu. Kupikir, celenganku sudah penuh. Aku membukanya demi menyambut sepasang matamu. Aku pun mengerti, pada sebagian pertemuannya dapat membuatku tidur nyenyak di malam harinya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polisi Bermasalah Rekannya Pun Ikut Susah

Ksatria dan Pasukan Menyerang Kayangan Peri

Mensukseskan MUSPIMNAS PMII 2022 Lebih Utama, Dari Pada Sekedar Protes Buta Masalah Konsumsi