Pemersatu jiwa individu

Kamis, 13 Agustus 2020
Beberapa waktu lalu, penulis memaparkan wadah mengasah ego yaitu berorganisasi. Banyak tokoh yang mampu mengontrol emosionalnya saat berproses diorganisasi.

Kali ini kita akan membuka khazanah memahami pribadi individu dalam organisasi. Karena organisasi sendiri maknanya adalah suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu, sehingga setiap organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing.

Tidak bisa dipungkiri di dalam keorganisasian terdapat kemajemukan sifat pribadi anggota organisasi. Gesekan dan dinamika yang ditimbulkan dalam berorganisasi pun tidak bisa dihindarkan lagi.

Di atas telah penulis sampaikan, bahwa berorganisasi adalah menyatukan kelompok-kelompok manusia sesuai pola yang ditentukan, maka kemajemukan yang ada harus seorientasi dengan organisasi yang dianut. 

Agar dapat memahami setiap individu dalam organisasi, Plato telah menyebutkan, bahwa pada jiwa manusia itu terdapat tiga bagian sifat alamiah: 
1) Filosofis, yakni memliki jiwa untuk mencapai ilmu pengetahuan dan pengertian.
2) Spirit atau semangat, yakni memiliki jiwa yang senantiasa berusaha untuk mencapai kekuasaan dan ambisi.
3) Apertite atau keinginan, yakni memiliki jiwa berkeinginan untuk memenuhi selera atau hasrat, seperti keinginan membeli pakaian terbaru dsb.

Dapat disimpulkan tiga jiwa alamiah manusia yang disebutkan Plato di atas adalah filosofis, ambisius dan pecinta keberuntungan. Sehingga seorang yang berjiwa organisatoris tidak akan memprioritaskan salah satu jiwa alamiahnya sendiri. 

Tidak mudah bagi seseorang untuk menomor duakan jiwa alamiah yang menjadi dominan pada pribadinya. Namun, demi pencapaian orientasi bersama dalam berorganisasi, maka mutlak untuk mementingkan kepentingan bersama. 

Nilai-nilai inilah yang tidak didapatkan langsung oleh seseorang yang non-organisasi. Kecenderungan mengurus dirinya sendiri, menumbuhkan mental ego yang tinggi. Bahkan saat sudah terjun di dalam masyarakat seseorang ini akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi.

Maka, penting kiranya dalam berorganisasi, kita belajar mengerti perilaku dan sikap orang-orang yang seorganisasi dengan kita. Kajian psikologis dan antropologi tidak bisa dilepaskan dari materi keorganisasian.

To be continued...........

Penulis: Kang Fay (Peloper Air isi Ulang)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polisi Bermasalah Rekannya Pun Ikut Susah

Ksatria dan Pasukan Menyerang Kayangan Peri

Mensukseskan MUSPIMNAS PMII 2022 Lebih Utama, Dari Pada Sekedar Protes Buta Masalah Konsumsi