Kyai Dawuh : Ketahuilah Allah Swt Menciptakanmu untuk Berperan Sebagai Apa ?
Sebuah pilihan harus ditentukan dalam
mengawali karir kehidupan, bolak-balik mundur karena keadaan di pertengahan
jalan, menjadi pelajaran yang tak boleh terulang. Memang sulit istiqomah di
tengah gempuran badai dan ombak, sedangkan bekal hanya sekoci kayu yang minim
kemampuan pelayaran. Sedangkan kalua mundur hanya akan menunda sampai nya
tujuan indah di pulau karir impian.
Ketika menengok ke sekoci-sekoci lain, para
pelayar juga mempertaruhkan semua hal untuk mencapai karir yang dicita-citakan,
mental mereka Tangguh, siap terombang-ambing oleh berbagai ombak, mereka
terjatuh, tapi tidak untuk menyerah dan mati tenggelam, lantas kenapa aku tak
bangkit dan menatap tegar pelayaran ini ?, keluarga, orangtua, sahabat dan
semua orang terdekat disekitarnya rela ditinggalkan. Kadang keberangkatan pun tak
pernah terdengar oleh orang-orang terdekatnya.
Sejak 22 Juli 2022 ku putuskan sikap untuk belajar
berkarir di dunia Pendidikan dasar, setelah sebelumnya berbagai pengalaman
kerja terlalui, ku resapi dalam-dalam, sebenarnya aku ingin menjadi apa ?
sampai kapan harus pontang-panting tidak jelas begini ? berbulan-bulan lamanya pertanyaan-pertanyaan
itu ku telusuri maksudnya, bahkan sejak Sya’ban 1442 H KH. Irkhamni dengan
tegas mengingatkan ku, “Sadari dan ketahui Pangeran memberikan peran kanggo
awakmu iku neng ndi ?”.
“Awakmu ciloko lek panggah mrono-mrene ndak
nduwe kemantepan, tiba-tiba wes meh nikah”, kata beliau dengan senyum khasnya. “
lek wes nduwe calon yo segera ditembusi orang tuane, kerja sebisannya, pokok
gremet ora antheng, lek peranne bantu nguripi agomo yo dilakoni, lek kabeh
dilandasi kerono ridhone Pengeran mengko rezeki ditoto Pengeran dewe, isuk
ngajar yo ngajar, sore ngajar nang TPQ yo ngajar, sinambi dodolan opo sing di
senengi, ngonokan enak”. Pesan beliau pada sowan ku kala itu.
Dari dawuh-dawuh beliau mengingatkan kembali,
bahwa aku jangan terus-terusan terbawa arus yang tak jelas. Dulu sudah bagus
dan disupport penuh untuk hafalan, malah ku sia-siakan dengan memilih fatamorgana
lainnya. Pengalaman yang tidak boleh terulang kembali di usia yang memasuki 25
tahun ini.
Akhirnya menjelang skripsi, aku beri’tiqad
untuk kembali berkarir di ranah Pendidikan, dan menjelang berakhirnya studi S1
aku harus sudah bekerja, di usia 25 tahun apapun pekerjaan yang aku ambil, maka
lazim menjadi profesi seterusnya, maksudnya apabila di usia 25 tahun aku
berdagang, maka seterusnya ya berdagang, kalua mengajar ya seterusnya mengajar.
Jadi, memilih karir untuk jangka Panjang bukan lagi sekedar pengalaman.
Maka begitulah sebabnya mengapa akhirnya
memilih ikut mengabdi di LPI ASWAJA BESOLE, setelah sebelumnya aku sharing
kepada salah satu dosen yang merupakan pengurus YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM ASWAJA
BESOLE. Walaupun pada waktu itu aku sudah mendapat pekerjaan sebagai wartawan
salah satu media elektronik di Tulungagung. Akan tetapi semua karena pilihan
jenjang karir dan memahami peran apa yang diperuntukkan Tuhan padaku ?, mendapat
kesempatan mengabdi di LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM pada usia muda adalah momen yang
pas untuk belajar, memperlajari, membuka relasi dan membangun integritas
kependidikan diri ini.
Ya, begitulah penyikapan yang diambil saat
dipersimpangan, lagi-lagi seorang Guru kita peka terhadap kebingungan santrinya.
Kadang, malah santrinya (saya peribadi) yang membandel dengan peringatan dan petuah
beliau, karena sowan dan mengakui kesalahan jalan fikiran dan hati mampu
diterangi nasehat-nasehat beliau, Begitulah para Kyai mengasuh santri-santri,
walaupun sudah alumni dimata beliau santri ibarat anak kandung beliau, kapanpun
santri perlu beliau selalu terbuka untuk menerima kedatangannya.
Keterangan: Sowan ke KH. Irkhamni (pengasuh
PMDH) bersama Sahabat Yudha Auladana pada Bulan Sya’ban 1442H setahun lalu
pukul 22.00 di kantor admin PMDH.
Komentar
Posting Komentar