REMBUK EMIS LINTAS JENJANG RA, MI, MTs DAN MA Se-TULUNGAGUNG Nde’ Jogja

 


Jogjakarta, 26-28 Februari 2022

STARTING MOMENT

Tim operator EMIS (Education Mangement Information System) di bawah naungan Kementrian Agama RI Kabupaten Tulungagung mengadakan Rembuk Bersama tentang per-EMIS an, kegiatan ini diinisiai langsung oleh Koordinator Operator Pendidikan Madrasah (PENDMA) dan menjadi gagasan pertama Tim Operator Madrasah dapat melaksanakan rembukan tanpa di depan komputer maupun laptop.

Bertempat di wilayah wisata Kabupaten Gunungkidul Jogjakarta sebanyak 3 rombongan bis berkapasitas 50 penumpang, rembuk tahun ini diikuti oleh seluruh operator lintas jenjang baik Madrasah Aliyah Negeri (MAN)/Madrasah Aliyah Swasta (MAS), MTsN/MTsS, MIN/MIS dan RA se-Tulungagung.

Rombongan kali ini berangkat dari 3 titik penjemputan yakni Bis 1 di Kantor Kemenag RI Kab. Tulungagung, Bis 2 menjemput di titik lingkungan Ma’dinul Ulum Campurdarat dan Bis 3 menjemput rombongan dari wilayah Tulungagung Timur. Kemudian semua berkumpuk jadi satu di titik utama pemberangkatan di Kantor Kemenag Kab. Tulungagung, setelah itu pembagian tempat duduk sesuai dengan denah yang sudah diedarkan sebelumnya, sehingga dapat dipastikan seluruh penumpang dapat tempat duduk.

Berangkat pukul 21.00 rombongan bertolak ke Jogja melewati jalur Tol Trans Jawa, terlihat seluruh rombongan antusias mengikuti rembuk EMIS sembari berlibur ini, kebetulan agenda rembuk berlangsung saat momen libur panjang Isra’ mi’raj yakni mulai tanggal 26, 27 dan 28 Februari 2022. Di tengah perjalanan armada bis juga melakukan transit di rest area KM 519 Ngawi-Solo, hal tersebut dilakukan untuk mengurangi lelahnya rombongan serta memberi kesempatan menyelesaikan masalah persenian dan persendian.

Di titik rest area ini kejadian menarik mulai muncul, karena pada kesempatan itu pengunjung di rest area membludak dari biasanya, Bis, elf dan mobil pribadi mendominasi di tempat parkir, imbasnya antrean kamar mandi tidak bisa dihindarkan, parahnya lagi kamar mandi yang ada suplai airnya minim, sehingga beberapa pengunjung kebingungan untuk sekedar menuntaskan air seni. Pihak keamanan rest area menerangkan “kecilnya air yang ada di kamar mandi disebabkan membludaknya pengungjung mas, jadi ya harus sedikit bersabar, biasanya kalau pas longgar air kran juga lancar alirannya”, beliau juga mengungkapkan “kejadian seperti ini sudah lama kok mas, sejak awal adanya rest area KM 519 air kran memang kecil begitu kalau lagi banyak pengunjung”, dari sini pembaca bisa berfikir bagaimana fasilitas publik di jalan berbayar masih jauh dari harapan.

Lanjut ke perjalanan menuju Kabupaten Gunungkidul, para rombongan terlelap, dalam kondisi tersebut sopir Bis memacu dengan kecepatan 140 Km/jam, harapannya setiba di lokasi Pantai Indrayanti tidak kesiangan. Sekitar pukul 03.30 dini hari, Bis memasuki penanjakan sekitar Tahura Bantul-Wonosari, pemandangan kota Jogja dari ketinggian menarik pesona penumpang untuk melihatnya dari jendela bis.

Ketika memasuki gapura selamat datang di daerah Wonosari, 3 armada bis menepi ke kiri guna transit para penumpang untuk mendirikan ibadah sholat subuh. Kebetulan saat rombongan tiba, adzan subuh baru dikumandangkan, akhirnya para rombongan pun juga ikut serta sholat berjamaah dengan jamaah setempat, kebetulan berhaluan Muhammadiyah, karena jelas tidak ada pujian selepas adzan dan tidak do’a qunut saat rakaat kedua.

 

SARAPAN BARENG NDE’ PANTAI INDRAYANTI

 

            Shalat subuh berjamaah tuntas terlaksana, kini para rombongan bergegas menuju area wisata Pantai selatan Jogja, jalanan berkelok-kelok dan gugusan pegunungan Gunungkidul menjadi pemandangan yang jamak terlihat. Di beberapa ruas jalan terdapat penjual makanan yang jarang banget kita konsumsi, yaitu jajanan walang goreng (belalang) tak ayal pemandangan tersebut menimbulkan bahan pembicaraan bagi sebagian penumpang bis 2.

Beberapa rombongan bis wisatawan lain turut berbaris di barisan rombongan rembuk EMIS, seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, kegiatan Rembuk EMIS ini bertepatan libur panjang Isra’ mi’raj. Sehingga pengunjung akan banyak memenuhi spot-spot wisata di Jogja, termasuk wilayah Pantai Selatan Jogja.

Selama perjalanan akses jalanan beraspal ini memang sangat terurus dan jelas bertujuan untuk memudahkan akses pengunjung dalam menjangkau spot wisata pantai selatan Jogja, di wilayah Gunungkidul ini saja berjejer Pantai Watu kodok, Pantai Indrayanti, Pantai Kukup, Pantai Slili, Pantai Baron, Pantai Drini dan masih banyak lagi, keseluruhan resort-resort tersebut dalam satu akses jalan menuju Pantai Indrayanti yang merupakan tujuan utama kita.

Pukul 06.15 Bis kami sampai di kawasan Pantai Indrayanti, kami mengira kedatangan ini paling pagi, ternyata jam segitu kawasan Pantai Indrayanti sudah penuh dengan pengunjung, parkiran pun juga tampak sudah penuh. Sepanjang mata melihat, para pengunjung didominasi school touring dan family gathering.

Sarapan di warung Lestari sambil mengamati situasi sekitar Pantai Indrayanti, sepagi itu pantai Indrayanti kok bisa ruame, di Tulungagung baru akan rame kalau sudah memasuki pukul 09.00 ke atas. Warung yang tersedia tak ada yang sepi, semua penuh pengunjung, di tempat sarapan kami saja ada 3 rombongan yang mengantri.

Namun, saat sarapan tersebut ada 2 anggota yang ketlisipan, alasannya ketinggalan rombongan dan bingung mencari lokasi sarapan tersebut. Akhirnya mereka berdua gabung sarapan dengan rombongan wisatawan dari Sidoarjo. Sedangkan anggota rombongan lain menikmati indahnya bentangan Pantai Indrayanti dengan berswa foto, ada yang foto bersama, foto selfie, ada juga berfoto ditebing berbackground pantai lepas dan pantai Indrayanti.

Pantai Indrayanti merupakan pantai berpasir putih dengan arus ombak kecil, sehingga para pengunjung masih bisa berenang di kawasan lantai karang maupun hanya berjemur di pasir putihnya, bibir pantainya tidak panjang, tetapi fasilitas yang menunjang dan pemandangan apitan dua tebing memberi kesan yang berbeda dari pantai-pantai lainnya.Dua jam berlalu, rombongan dihimbau kembali ke lokasi parkir Bis, hal tersebut dimaksudkan agar perjalanan menuju resort selanjutnya tidak kesiangan, perjalanan antara Pantai Indrayanti dan Goa Pindul menempuh waktu 2 jam.

 

REMBUK EMIS di Gelaran Resort

 


Perjalanan wisata Tim Rembuk EMIS Madrsasah lintas jenjang dilanjutkan ke wilayah Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul, kawasan tersebut merupakan Desa wisata dengan menawarkan paket wisata bernuansa potensi alam desa diantaranya adalah wisata Tubbing menelusuri Goa Pindul dan rafting di Kali Oyo.

Butuh 2 jam perjalanan yang ditempuh rombongan Rembuk EMIS dari Pantai Indryanti ke Wisata Goa Pindul. Jalanan yang padat dan sempit menyebabkan kemoloran waktu tidak bisa dihindarkan, sehingga rombongan tiba di kawasan desa wisata Bejiharjo mendekati waktu Dzuhur. Kebetulan cuaca hari itu memang cerah dan terik.

Setibanya di lokasi para rombongan diterima langsung oleh pemandu wisata desa Bejiharjo dengan tim Pancawisata, perlu diketahui di kawasan Resort wisata Bejiharjo banyak tim pemandu yang menawarkan jasa pemandu, kurang lebih 10 an kelompok terdaftar di Bumdes Desa Bejiharjo. Karena sistem pengelolaan wisata di desa tersebut menggunakan sistem paket wisata, bukan per individu atau per satu tujuan wisata.

Dikarenakan waktu yang terbatas, rombongan kami hanya mengambil spot wisata rafting di kali Oyo, biasanya para pengunjung yang datang mengambil spot tubbing Goa pindul baru rafting di kali Oyo. Menuju lokasi sungai Oyo para pengunjung diangkut menggunakan mobil Pajero (Panas jobo jero) alias mobil pick up, pengunjungpun juga dibekali rompi pelampung dan juga ban karet sebagai sarana raftingnya.

Sepanjang perjalanan menuju sungai Oyo hamparan Hutan Kayu putih dan perswahan memberikan nuansa desa yang lekat dengan pesona alamnya. Sehingga para pengunjung benar-benar terhibur, setibanya di lokasi start sungai Oyo, para pemandu langsung memandu wisatawan turun ke sungai.

Satu pengunjung satu ban siap meluncur diantara aliran sungai Oyo, kedalaman sungainya beragam, menurut pemandu kami dengan nama Indro mengatakan, “ titik dalamnya sungai Oyo bisa dilihat dari permukaannya, apabila arusnya kencang, maka kedalamannya hanya sampai 1,5 meter, namun bila air permukaannya tenang bisa dipastikan kedalamannya melebihi 5 meter”.

Tebing sungai Oyo sendiri merupakan batuan kapur khas wilayah pegunungan selatan pantai Pulau Jawa, sepanjang perlintasan sungai Oyo air terjun kecil di kanan kiri tebing menambah keelokan sungai Oyo, tak jarang ban yang kami naiki nyangkut diantara batu-batu padas, bahkan ada pula yang terbalik.

   Pada spot hampir mendekati finish pengunjung diperkenankan terjun dari atas ketinggian tebing sungai Oyo, beberapa pengunjung tertarik untuk menikmati sensasi terjun dari ketinggian 3 meter dari permukaan sungai, namun bagi yang tidak berani bisa langsung melanjutkan raftingnya. Menjelang finish pemandu menyarankan untuk turun dari ban, sekaligus menikmati sensasi berenang langsung di sungai, tak sedikit wisatawan yang panik karena tidak bisa berenang, akhirnya pemandu mengintruksikan untuk tidak panik dan tenang.

          Selepas finish para wisatawan kembali ke titik kumpul Pancawisata, kebetulan rombongan kami tidak sampai kehujanan sudah tiba di tempat. Ibu-ibu dari crew Pancawisata sudah menyiapkan makan siang, disuguhkan dengan prasmanan para rombongan begitu menikmati hidangan ikan Nila goreng, sayur lodeh dan beberapa lauk lainnya, sebagian lain menunaikan sholat dzuhur dan bersiap agenda rembuk yang dipimpin Koordinator Operator Madrasah Bapak Nasir.

            Sekitar 90 menit rembuk EMIS berlangsung dengan serius, semua peserta memperhatikan seksama masukan-masukan dari beliau. Tujuan utama yang disampaikan Bapak Nasir adalah para Operator ini mampu mengatasi permasalahan yang BAP lembaganya masing-masing, sehingga lembaga-lembaga ini dapat mengakses BOSDA dengan baik. Dan dikala menyampaikan kendala-kendalanya bisa menghubungi beliau secara langsung, bukan lewat media WA Group.

 

Kemacetan Memutus Asa ke Malioboro

 

            Pukul 16.00 rombongan beranjak dari Kawasan Wisata Bejiharjo dan menuju ke pusat oleh-oleh sekaligus Malioboro. Siapa yang berkunjung ke Jogja pastinya selalu ingin mampir ke sana, begitu juga dengan kami, apalagi Malioboro baru saja berbenah tentunya semakin menambah antusiasme kami untuk singgah sebentar di sana.

            Selepas keluar dari gapura Kecamatan Karangmojo kemacetan tampak sulit terelakkan, Bus dari arah wisata Pantai Selatan Gunungkidul mulai beranjak turun, sehingga dominasi kendaraan yang terjebak kemacetan adalah Bis-bis pariwisata. Dua jam lamanya kecepatan tak lebih dari 20 Km/jam harus dilalui Bus kami.

 Kemacetan itu diperparah dengan membludaknya pengunjung di kawasan wisata baru Gunungkidul yaitu HEHA Resort, karena resort tersebut lagi hits-hits di Jogja. Persimpangan menuju arah HEHA sulit terurai, bahkan Bus kami baru bisa melewati kawasan tersebut saat jam menunjukkan pukul 18.30.

  Karena kondisi sudah semakin larut akhirnya kami sepakat untuk mengcancel tujuan ke Malioboro, kebetuhan perut jauh lebih mendesak ketimbang berjubel lagi dalam kemacetan lalu lintas menuju Malioboro, akhirnya bus kami berbelok ke Joja Café dan resto. Saking laparnya semua rombongan langsung bergegas dalam antrian makan yang disajikan secara prasmanan.

      Beranjak dari makan malam tujuan kami mengarah ke pusat oleh-oleh kaos Jogja yaitu di Gareng store, perjalanan dari Joja menuju gareng juga lumayan lama, sehingga baru di pukul 21.30 rombongan kami sampai di Gareng, setelah merasa cukup kami bergegas pulang.

       Di tengah perjalanan kami sempat ingin mampir lagi ke Pusat Oleh-oleh Bakpia 25, lagi-lagi rombongan kami harus menebah dada, ketika sampai di sana seluruh Bakpia sudah ludes terjual, jadinya kami tidak bisa menambah oleh-oleh khas Jogja, tak sedikit dari rombongan kami yang sama sekali belum membawa oleh-oleh khas Jogja untuk keluarga di rumah.

 

Agenda Rembuk EMIS di Kawasan Destinasi Wisata Akan Dirutinkan



      Setelah mengamati antusiasme Operator dari seluruh Madrasah lintas jenjang MA, MTs, MI ddan RA se-Tulungagung yang luar biasa, para rombongan tahun pertama Rembuk EMIS ini sepakat untuk menjadikan agenda khusus antar Operator Madrasah ini menjadi agenda rutin tiap tahunnya, sehingga penganggaran bisa disiapkan lebih dijauh-jauh hari oleh masing-masing lembaga.

    Destinasi wisata yang akan menjadi tujuan tahun depan masih belum disepakati bersama, ada beberapa usulan yang menghendaki ke kawasan Wisata Pulau Bali dan diharapkan seluruh Operator bisa 100% berpartisipasi dalam agenda Rembuk EMIS ini. Karena pada Rembuk EMIS perdana ini, ada sejumlah lembaga yang belum bisa berartisipasi.

     Sayonara dan terimakasih kepada seluruh Operator Madrasah se-Tulungagung atas respon positifnya terhadap agenda Rembuk EMIS ini dan apa yang didapatkan bisa menjadi stimulus kinerja operator Madrasah lebih kompeten.

 

Penulis : Mbahkung

Asal Lembaga : MI ASWAJA Besole

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polisi Bermasalah Rekannya Pun Ikut Susah

Ksatria dan Pasukan Menyerang Kayangan Peri

Mensukseskan MUSPIMNAS PMII 2022 Lebih Utama, Dari Pada Sekedar Protes Buta Masalah Konsumsi