Puasa 'Arafah Bukanlah Tanah 'Arafah

 


Tulungagung, 12 Juli 2022.

Hari Raya Idul Adha tidak bisa dilepaskan dari rangkaian sejarah Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS, mulai peristiwa pra penyembelihan sampai rangkaian pasca penyembelihan.


Nabi Ibrahim AS adalah seorang Nabiyullah yang memiliki kekayaan yang berlimpah ruah, bahkan dikisahkan kalau saat berqurban Nabi Ibrahim ini menyembelih 2000 Onta, 200 Sapi dan ratusan kambing, lantas suatu ketika Malaikat bertanya kepada Nabi Ibrahim, "Wahai Nabiyullah Ibrahim, alangkah banyaknya Hewan Qurban yang hendak kau sembelih", seketika itu juga Nabi Ibrahim AS menimpali, "Jangankan, berqurban dengan ribuan bahkan jutaan hewan ternak, atau malah anak putranya sendiri aku rela", dengan nada bangga Nabi Ibrahim menjawab pertanyaan Malaikat.


Selang beberapa hari Allah SWT. merespon janji Nabi Ibrahim AS dengan menurunkan wahyu tentang perintah untuk menyembelih putranya Nabi Ismail As. Namun, wahyu yang turun kepada Nabi Ibrahim AS tidak langsung dilaksanakan, karena masih ada keraguan.


Untuk mencari petunjuk Allah Swt, atas perintah penyembelihan itu, maka Nabi Ibrahim melakukan Puasa yang disebut dengan Puasa Tarwiyah yaitu puasa untuk mencari petunjuk. Selanjutnya pada keesokan harinya Nabi Ibrahim AS melakukan puasa lagi, karena pada saat puasa tarwiyah belum juga mendapat jawaban, di Puasa yang kedua ini Allah SWT. hadir di tengah-tengah mimpi Nabi Ibrahim AS dan berkata, " Yaa Ibrahim, tunaikan janji mu itu !", Nabi Ibrahim AS bertanya, "Janji yang mana Ya Rabb ??", "Janji mu untuk menyerahkan putra mu ke Aku (Allah SWT)". 


Nabi Ibrahim AS terkejut dan terbangun langsung dari pembaringan, lalu Nabi Ismail AS dipanggil langsung oleh Nabi Ibrahim, "Wahai Putraku, ke sinilah !, aku mendapat perintah dari Allah Swt lewat mimpi untuk menyembelih dirimu, bagaimana menurutmu ?", dengan nada yang penuh keimanan Nabi Ismail As menjawab, "kerjakanlah perintah Allah Swt, Bapak. Semoga kita digolongkan orang-orang yang bersabar".


Peristiwa pertemuan petunjuk Allah SWT saat Nabi Ibrahim As berpuasa untuk memperjelas perintah menyembelih Nabi Ismail inilah yang dinamakan Puasa Arafah.


Jadi, Puasa Arafah itu tidak ada kaitannya dengan peristiwa wukuf di Tanah Arafah sebagaimana yang selama ini didengungkan kepada umat, karena Puasa Arafah maknanya pertemuan atau mendapat petunjuk sedangkan Tanah Arafah adalah tempat bertemunya Nabiyullah Adam dan Sayyidah Hawa, sedangkan  gunungnya diberi nama Jabal Rahmah, tegas Abah Kyai dalam khutbahnya.


Sedangkan secara syariat, Puasa Arafah telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun ke 2 Hijriyah dan perintah pelaksanaan wukuf baru pada tahun ke 9 Hijriyah, dari rangkaian peristiwa atau asbabun nuzulnya perintah Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah tidak ada kaitannya dengan peristiwa Wukuf di Padang Arafah.


Semoga adanya perbedaan di dalam penentuan tgl. 10 Dzulhijjah tahun 1443 Hijriyah ini tidak menjadikan keraguan maupun penghakiman atas keyakinan yang sudah dijadikan landasan, karena kesemua Ulama' memiliki hujjah yang bisa dipertanggung jawabkan. _Wallahu a'lam_


Sumber: Kitab Subulussalam


Narasumber: KH. Syamsudin Nganginan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polisi Bermasalah Rekannya Pun Ikut Susah

Ksatria dan Pasukan Menyerang Kayangan Peri

Mensukseskan MUSPIMNAS PMII 2022 Lebih Utama, Dari Pada Sekedar Protes Buta Masalah Konsumsi