Wacana Pasangan dalam Cinta dan Wacana Antar Manusia



Tak terkira menjadi pemuda banyak wacana-wacana yang dibangun untuk masa depannya, karir, bahkan mencari perannya.


Aku tak tahu kenapa harus ada cinta kalau menghargai saja hanya ada setelahnya atau bahkan tak pernah terlintas kan oleh keduanya, begitu sulitnya saat dunia semakin modern wacana pada cinta di dunia perfilman menjadi acuan perjalanan pemuda zaman sekarang, bukankah perfilman sesungguhnya diperankan oleh lingkungan sekitar dan kita lah yang menjadi tokoh utama, maka semestinya kita juga memiliki framing cinta tersendiri. Bahkan bisa jadi kisah cinta kita menjadi acuan banyak pemuda di luar sana.


Menghargai sebuah sikap yang biasa muncul disaat perilaku seseorang tak sesuai kehendak kita atau berbeda dari kebiasaan yang kita tahu. Kadang juga ketika meng dan i tak terlibat dalam kata menghargai hasilnya akan berupa penjualan atau berupa bandrol celana dalam. Tak mengerti kenapa, wacana harga-menghargai lawan jenis masih populer di kalangan begundal, karena banyak pemuda mengerti cinta tapi lupa bagaimana menghargainya kecuali rupiah yang disodorkan pada seseorang. Miris sekali ketika menjadi seseorang yang tidak enak menyinggung karena ingin menghargai dengan sikap hanya akan menjadi efek samping dari cinta, entah itu akan ditipu atau malah hanya dianggap sepele. 


Bukan ingin menyalahkan siapa yang menghargai tapi tak mencintai atau siapa yang mencintai tapi tak tahu menghargai, tapi semua itu persoalan bagaimana seharusnya bersikap antar manusia satu dengan yang lainnya. Keilmuan tentang tata Krama selama di bangku sekolah maupun bangku-bangku lainnya seolah sulit menjadi bermanfaat, padahal dalam berbagai momentum yudisium para pimpinan selalu berdoa semoga ilmunya bermanfaat. 


Selama ini kalau laki-laki dalam mencintai tak boleh terlambat saat nge-date, perempuan harus wangi saat kencan,   sedangkan perempuan bebas terlambat dan laki-laki harus mengerti, laki-laki bebas berdandan dan yang perempuan harus memakluminya, maka sebenarnya itu mencintai tanpa menghargai atau menghargai akan kehilangan hak mencintainya. Mungkin saja pengkorelasian saya ini hanya sebuah keluhan yang tak jelas maksudnya.


Sebenarnya hanya heran saja, banyak pemuda-pemuda itu seolah bahagia dalam hal pacaran nya dan satu yang lain seolah tersiksa setelah menjalaninya, bahkan aku sendiri harus menelan pedihnya tulus menunggu yang ujungnya hanya kayak bola pimpong dan harus menahan emosi disaat berjam-jam menunggu yang ujungnya aku yang harusnya salah. Memang selama ini pergaulan ku dg lingkungan pertemanan otak ku selaku berfikir kejadian seperti ini hasilnya apa, dan setelah ini langkahnya apa dan mengapa bisa seperti itu.


Setidaknya kalau mencintai jangan lupa harga diri, kalau dicintai jangan lupa itu manusia nyata bukan sekedar boneka.


To be continued....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polisi Bermasalah Rekannya Pun Ikut Susah

Ksatria dan Pasukan Menyerang Kayangan Peri

Mensukseskan MUSPIMNAS PMII 2022 Lebih Utama, Dari Pada Sekedar Protes Buta Masalah Konsumsi